- Menegur kesalahan tanpa masuk kepada kepribadian anak, hingga hasilnya tidak menjadi kebalikannya.
- Memuji terlebih dahulu sebelum mencela, hal itu akan membuat perkataan anda lebih didengar.
- Hendaknya arahan mengandung kasih sayang terhadap anak yang melakukan kesalahan.
Kamis, 07 Maret 2013
Pada fase awal, anak sulit
membedakan mana yang benar dan yang salah, karena sedikitnya pengetahuan dan
ilmu mereka. Hal ini menuntut kita untuk mengarahkan mereka ketika salah,
membenarkannya serta melindungi mereka dari kejelekan, seperti ghozwul fikri
(Invasi pemikiran) dan ghozwul tsaqofi (invasi budaya), dengan
menyediakan alternatif yang sesuai agar tetap dapat berkhidmat terhadap agama
ini meskipun berada di bawah bayang-bayang kampanye sengit dari musuh-musuh
agama ini di seluruh belahan bumi.
Catatan yang mesti diperhatikan
ketika menasihati kesalahan:
Pentingnya
Pengarahan Langsung Ketika Salah
Umar Ibn Salamah berkata:
“Ketika Aku dalam pengasuhan
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, tangganku mengacak-acak nampan
ketika makanan. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- pun berkata
kepadaku:
((يا غلام, سمِّ
الله, وكل بيمينك, وكل مما يليك))
‘Nak, makanlah dengan menyebut nama
Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan dari yang terdekat denganmu.’ Dan demikianlah cara makanku setelahnya.”
Said Ibnu Zubair memiliki ayam jantan yang berkokok setiap malam. Pada suatu
malam ayamnya tidak berkokok sampai pagi, sehingga malam itu dia tidak shalat
malam. Hal itu membebani pikirannya dan berkata:“Ada apa dengan ayamnya, semoga
Allah memutus suaranya.” Dia pun tidak pernah lagi mendengar suara ayam itu
lagi setelahnya, sehingga ibunya berkata: “Wahai putraku, janganlah engkau
mendoakan keburukan pada apapun lagi setelah ini.”
Abu Hurairah -radiallahu’anhu-
“Hasan Ibnu Ali, (cucu Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-) mengambil buah kurma dari kurma sedekah dan memasukkan
kemelutnya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- berkata kepadanya: “Khih,
khih…!” agar memuntahkannya, seraya berkata: “Apakah engkau tidak sadar
bahwa kita tidak makan sedekah!.”
Anas -radiallahu’anhu-
berkata:“Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau
menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku katakan: ‘Aku tidak akan pergi.’ Sementara
dalam hati aku akan pergi melakukan apa yang diperintahkan Nabi. Aku pun pergi,
dan berpapasan dengan anak-anak yang sedang bermain di pasar. Ternyata
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- telah memegang bahuku dari
belakang dan memandangku sambil tertawa. Beliau berkata: “Wahai Unais,
pergilah sebagaimana yang aku perintahkan.” “Baik wahai Rasulullah, aku
pergi sekarang.” Jawabku. “Demi Allah, aku telah berkhidmat kepadanya selama 9
tahun, dan tidak pernah mendapatinya berkata: ‘Kenapa kamu lakukan demikian dan
demikian’ atau berkata ‘Kenapa kamu tidak lakukan demikian dan demikian.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: